Saturday, November 11, 2017

WAKTU YANG TEPAT

Pernahkah teman-teman menyadari bahwa suatu peristiwa telah diatur sedemikian rupa sehingga kita akhirnya mengucapkan "Alhamdulillah waktunya tepat.". Ini terjadi pada diriku kemarin.

Sohibku Eva, dari Padang,  menghadiri seminar di Bandung. Setelah selesai dengan acara seminar, dan keluar dari hotel,  dia berkesempatan menginap semalam di tempat kosku. Kami berdua sudah memyusun acara sampai dengan jam keberangkatan Eva ke Bandara Cengkareng.

"Eva berangkat naik travel yang jam 9 atau 10 pagi ya". Sebagai tuan rumah aku langsung meng-arrange keberangkatan Eva.

 "Lebih baik menunggu di Bandara ketimbang menunggu bermacet ria di jalan tol. He he...", alasanku mengapa aku alokasikan  waktu 5-6 jam sebelum waktu penerbangannya yaitu jam 3 sore.

 "Biasanya petugas travel juga memberikan rekomendasi tentang jam keberangkatan sesuai info terakhir kondisi jalan tol". Aku memperkirakan Eva akan berangkat jam 10. Aku merencanakan 1 jam untuk sarapan di luar bersama Eva.

"Nah, besok pagi, sebelum berangkat,  in sya Allah kita sarapan di sebuah toko kue tradisional. Tokonya didesain untuk tempat sarapan, lengkap dengan meja kursi, menjual kue tradisional khas semua daerah". Mata Eva berbinar mendengar penjelasanku. Di Padang, kue tradisional dijual di gerobak atau warung pinggir jalan.

Kami keluar rumah jam delapan lewat seperempat. Kami berencana akan ke tempat sarapan dengan taksi. Aku biasanya dengan mudah mendapatkan taksi di depan hotel di dekat jalan masuk ke rumah kos. Tetapi tidak ada taksi yang mangkal pagi ini. Eh, di sana di persimpangan sekitar lima puluh meter dari tempat kami berdiri, ada taksi sedang nangkring. Lambaian tanganku tak tampak oleh pak sopir taksi.

"Eva, tunggu di depan hotel ini sebentar ya. Itu, taksinya harus didatangi". Aku berjalan cepat ke tempat taksi itu. Sepuluh meter sebelum aku mencapai taksi, tampak seorang laki-laki membuka pintu depan taksi, dan menaikinya. Taksi mulai bergerak. Aku terlambat sekian detik.

"Hhmm... sayang. Belum rejeki" gumamku. Aku melihat ke pergelangan tanganku. Sudah jam berapa? Kucoba menunggu di simpang itu. Siapa tahu ada taksi dari arah lain. Sudah lama kurasa, tak lewat satu taksi pun. Aku kembali ke tempat Eva menunggu.

"Eva, kita ganti rencana. Kita ke travel duku, book tiket untuk jam 10, lalu baru kita sarapan. Tempat travel, hanya tiga menit naik angkot koq, dari sini".

Sesampai di counter mobil travel, "Tinggal dua tiket untuk jam sembilan, Bu", petugas tiket menerangkan. "Pesawat Ibu jam berapa?"

"Jam tiga. Kalau saya pesan yang jam sepuluh, bagaimana? Saya mau sarapan dulu". Eva tampaknya exited mendengar ceritaku tentang sarapan di toko kue tradisional.

"Lebih baik, Ibu berangkat jam sembilan. Ini hari minggu. Lebih baik alokasikan  waktu lebih untuk perjalanan".

"Biasanya berapa lama perjalanan ke Cengkareng?"

"Tiga setengah sampai empat jam".

"Gimana Lisa?" Eva melihat ke arahku. Sejujurnya aku ingin sekali mengajak Eva sarapan di toko kue tradisional yang jadi favoritku itu. Tetapi aku tidak mau  membuat perjalanan Eva berisiko terlambat.

"Check in paling lambat jam dua. Makan siang dan sholat...Hehe...Ya, sudahlah. Pesan yang jam sembilan". Aku akhirnya mengalah.

"Eva, lain kali tambah satu hari buat jalan - jalan di Bandung", kataku, sambil melihat Eva memasukkan tiket ke dompetnya.

"Ya Lisa. Nggak cukup ternyata ngelihat Bandung kalau hanya di sekitar factory outlet, di mana semalam? Jalan Riau?" Beberapa barang yang dicari Eva memang belum ditemukan, ketika kami shopping siang sampai malam, kemarin.

Tas travelling Eva sudah dimasukkan ke bagasi belakang mobil travel. Eva siap-siap naik ke mobil. Kami berpelukan.

"Terima kasih ya Lisa".

"Hati-hati, Eva"

Aku melambaikan tangan ke arah mobil yang mulai bergerak. Eva juga.

----

Aku tetap ingin menunjukkan kepada Eva, toko kue kesukaanku. Selesai mengantar Eva aku pergi ke toko kue itu. Kuambil beberapa shoot di toko itu dan gambarnya kukirimkan segera.

"In sya  Allah Eva akan makan kue di sana bersama Lisa suatu hari". Eva menjawab kiriman gambarku.

Segala sesuatu sudah ada yang mengatur, jika kita berserah pada Sang Maha Pengatur.  Ada hikmah yang kutangkap mengapa kami tidak menemukan taksi tadi. Kalau sarapan dulu, lantas berangkat jam sepuluh, khawatir Eva akan stress sampai di Cengkareng.

Ya, kalau tidak hari ini sarapan di Sari Sari - nama toko itu -  bersama Eva, mungkin ada jalan bagi Eva untuk berseminar lagi di Bandung. Ada waktu yang tepat untuk itu nanti.

Bandung, 05 09 2016
Lisa Tinaria

No comments:

Post a Comment