Saturday, November 11, 2017

PENGGORENGAN

Pagi tadi aku sempat mengoreng pisang raja bulu (begitu tukang sayur menamainya). Aku ingat dengan kegiatan menggoreng ini dan  beberapa alat untuk menggoreng di kosku karena adanya tugas menulis. Selama ini aku tidak begitu peduli dengannya. Yang ada di benakku selama ini hanyalah outputnya yaitu  telur bebek didadar, sambal goreng cabe rawit merah, capcay atau tumis bayam dan tempe digoreng lalu dimakan ketika panas. Sekarang aku ingin bercerita tentang peralatan yang banyak membantu dalam hidupku itu.

Suatu hari aku melihat teman kosku menggoreng sesuatu lengkap dengan api di dalam penggorengan!! Waduh, kami berdua kaget dan dia segera mematikan kompor. Untung sang makanan masih selamat. Tampaknya ini terjadi karena tempat pengorengan yang dipakai adalah pan untuk mendadar telur. Terlalu kecil sehingga minyak goreng tumpah dan memicu menjalarnya api ke dalam pan.

Namun, setelah kuperhatikan tukang capcay memasak dengan wajan yang agak besar, juga lengkap dengan suguhan api di dalam wajan, aku jadi bertanya-tanya, jadi apa ya penyebab masuknya api itu? Okelah, akhirnya aku mulai memilih bahwa untuk deep frying, alias menggoreng dengan minyak yang banyak, aku tidak memakai pan dadar.

Peralatan berikutnya adalah wajan yang agak besar dengan bahan aluminium agak tipis. Saking ringannya ini wajan, aku pernah hampir celaka ketika memakainya. Wajan ini koq sepertinya, lebih berat kupingnya daripada badan atau loyangnya sehingga ketika ditaruh di kompor, tersenggol sedikit saja bisa miring atau jatuh.

Suatu hari aku menggoreng di wajan ini. Setelah makanan matang, aku memunggirkannya dengan menggesernya dengan sendok ke bibir wajan. Dan, si wajan jadi berat ke pinggir. Ketika itulah dia kemudian oleng dengan menumpahkan minyak panas ke lantai tepat di depan kakiku! Alhamdulillah badanku tidak terkena minyak panas. Berdasarkan pengalaman itu, aku juga kemudian menetapkan bahwa meminggirkan makanan harus dengan memegang si kuping wajan.

Yang ke tiga adalah pan juga dengan ukuran besar dan bahan yang berat. Kupikir menggoreng dengan ini,  lebih safe karena luas  dan steady di atas kompor karena bahannya berat. Apa yang terjadi? Suatu hari aku memasak rendang. Aku harus mengaduk rendang setengah jadi berkali kali dalam waktu hampir dua jam. Aku pikir aku bisa mengaduknya dengan santai, cukup memakai satu tangan saja yaitu tangan kanan untuk mengaduk. Ternyata setiap diaduk, pan bergeser. Selidik punya selidik, ini karena pantat pan yang datar yang diletakkan di atas tungku yang berbahan besi bentuk silinder. Hampir saja rendang itu tumpah ketika aku ceroboh di awalnya. Akhirnya setiap mengaduk, gagang pan harus kupegang dengan tangan yang satunya.

Demikianlah kisah tentang alat penggorengan yang sering kupakai. Aku termasuk sering memasak karena itu salah satu hobiku.

Bandung, 19 11 2016
Lisa Tinaria

No comments:

Post a Comment