Saturday, November 11, 2017

ORANG BINGUNG ala Covey - Bag 2

Keesokan harinya di auditorium kantor.

"Betapa sering emosi kita terpengaruh oleh sikap atau cara bicara orang lain". Trainer dari Dunamis memberikan inti masalah sehubungan dengan habit nomor 1.  Pak Joko, nara sumber,  piawai sekali menyampaikan materi. Paparan lisannya  mengambil contoh dari kehidupan sehari hari.

Pak Joko melanjutkan. "Adalah hal yang wajar ketika kita mendapatkan perlakuan yang tak menyenangkan, kita menjadi bingung dan bertanya tanya. Bahasa gaulnya, galau. Apakah kesalahanku? Di mana kekurangan pekerjaanku? Koq semua tindakanku dilihatnya salah? Seseorang disebut reaktif jika ketidaknyamanan itu ditindaklanjuti dengan cara yang negatif, baik dalam hal berpikir, berbicara maupun bertindak. Padahal reaksi negatif tersebut tidak menyelesaikan masalah. Seharusnya, respon adalah positif. Misal menyediakan data atau informasi, bertanya balik tentang apa yang harus dilakukan. Atau minimal mengubah mind set bahwa inilah masalah yang harus dihadapi".

Dalam sesion habit 1 tersebut diputarkan film dokumenter tentang seorang dokter Yahudi yang ditahan di kamp konsentasi pada masa PD II. Atas takdir Allah dia keluar  dari "killing field" tersebut dalam kondisi hidup dan dalam kondisi sehat secara mental. Para tahanan lain, yang masih hidup, tak jarang sakit jiwa. Kunci dari kesuksesan sang dokter adalah pada cara berpikirnya, bahwa inilah hidup yang harus dijalaninya. Akhir cerita sang dokter melanjutkan hidupnya sebagai pengajar di sebuah universitas.

Video lainnya menggambarkan seorang suster panti jompo yang setiap hari menerima kata kata kasar dari pasiennya yang sudah tua dan berkursi roda pula. Pada awalnya sang suster merasa sangat lelah secara mental. Dia menceritakan perasaannya kepada teman sejawatnya. Dari curhat kepada teman tersebut, sang perawat mendapat clue yaitu "perasaan kita hanya kita yang bisa menentukan; bukan orang lain".

"Jadi, tetapkanlah perasaan yang mana yang akan dipilih ketika sedang menghadapi  perlakuan tak menyenangkan. Covey mengistilahkannya `Carry your own wheather`. Tetapkan pilihan perasaan Anda, bersimbah matahari atau mendung sepanjang hari."

"Tetapi Ria, itu kan teori yang tidak gampang praktiknya" Yanti sedikit komplain atas Habit1 Mr. Covey.

"Betul sih" aku mengiyakan. "Tetapi kan ada kesempatan belajar. Tekad yang kuat untuk berubah". Aku berusaha menyemangati Yanti, dan terutama diriku.

"Hhmm..."Yanti masih menerawang tampaknya. Mungkin dia mengingat kembali message si boss yang memakai kata kata tidak pas bagi dirinya (tetapi oke oke saja menurut si boss).

"Ada satu cara yang paling jitu dan paling awal yang bisa kita lakukan sebelum belajar mengubah mind set". Aku mengerling pada Yanti.

"Apa?"

"Ingat kan doa sholat dhuha, `lindungi aku dari kekerasan orang orang` "

"Ya, betul. Hati ini milik Allah. Kita tak perlu bingung dan galau, kalau hanya soal kata kata pedas si boss". Yanti tersenyum cerah kepadaku.

Bandung, 06 03 2016
Lisa Tinaria

No comments:

Post a Comment