Saturday, November 11, 2017

PEKERJA BANGUNAN KEPERCAYAAN

Entah apa baiknya kujuluki dia.  Bagiku dia tidak sekedar pekerja bangunan. Dia lebih tepat kusebut orang kepercayaan. Di samping itu, untuk ukuran tukang, pekerjaannya halus dan resik. Dia selalu membersihkan serakan sisa pekerjaan setiap selesai bertukang. Satu lagi, dia sopan.

Sebut saja namanya Pak Salam. Kunci pagar dan kunci pintu rumah kupercayakan padanya. Tidak hanya itu, rumah kutinggalkan sejak pukul 7 pagi sampai sekitar magrib. Itulah jadwal ngantorku. Semua isi rumah kupasrahkan kepada Allah, kutitipkan pada Pak Salam.

Demikianlah pengalaman hubungan baikku dengan pekerja bangunan ketika adikku dan aku berbisnis bersama membangun rumah kos. Pak Salam dan satu  temannya bekerja di tempat kami sekitar dua minggu. Pekerjaan yang dilakukannya sifatnya hanya pekerjaan tambahan. Waktu itu dia kami minta membuatkan atap untuk lantai tiga, lantai jemuran. Sebelum diberi atap, jemuran kami, berpanas berhujan di situ.

"Bu, besok saya libur dua hari, boleh ya?" tanyanya di suatu sore. "Sabtu dan Minggu".

"Lho, kan janjian dengan saya dua minggu full?" jawabku agak kecewa, karena aku ingin pekerjaannya cepat selesai di rumah kami.

"Saya diminta tetangga memperbaiki dapur bocor. Gimana gitu Bu. Gak enak, kalau ditolak". Dia menerangkan sambil meremas-remas tangannya. Berharap.
"Hari Senin pagi, saya sudah di sini lagi". Kalimat terakhirnya diucapkan sambil membungkuk kepadaku.

Aku luluh juga dengan sikapnya. Dia sudah banyak membantuku, terutama mengamankan rumah kos kami yang sudah berpenghuni. Ketika itu aku hanya punya asisten rumah tangga yang datang pagi menjelang siang, lalu pulang setelah mencuci dan menyetrika selama tiga jam. Tak ada orang lain yang menjaga rumah.

"Okelah kalau begitu" putusku akhirnya."Kunci saya percayakan kepada Pak Salam ya. Mohon dijaga amanah ini. Pak Salan mulai bekerja sekitar jam 8 sedangkan saya berangkat ke kantor jam 7. Kita tidak ketemu Senin pagi".

"Baik Bu", dia lagi-lagi membungkuk takzim kepadaku.

Sekarang, kalau kupikir ulang, alangkah berisikonya tindakanku menyerahkan kunci kepadanya. Bagaimana kalau semua kamar dijebol dan seluruh barang penyewa diangkut? Tetapi begitulah. Kadang dalam kepenatan, aku harus memgambil keputusan cepat. Namun, selalu kuingat untuk selalu bertanya dan memohon kebaikan kepada Allah untuk setiap keputusan itu.

Terima kasih Allah.

Bandung, 16 Mei 2016
Lisa Tinaria

No comments:

Post a Comment