Saturday, November 11, 2017

PEMERIKSAAN LEBIH BAIK

"Weleh, naskah dari regional kami, satu karung. Piye carane nggowo?"

"Bu Lisa, apakah naskah yang dibawa harus semuanya, atau sample saja?"

"SEMUA"

"Siaaaap!"

"Kalau di scan, boleh nggak Bu?"

"Lantas siapa yang mau ngeprint di Kantor Pusat? Kami tidak menyediakan tenaga untuk petugas printing. Lalu berapa printer harus disediakan? Acara asistensi  akan langsung pada praktek membuat kertas kerja. No time to prepare trivial things".

"Oke Bu".

Itu adalah beberapa chat di grup pajak  di kantorku, yang anggotanya adalah para manajer keuangan di sebelas regional, dari Sabang sampai Merauke. Chat agak heboh terjadi hari ini perihal jumlah naskah bahan pemeriksaan pajak yang harus mereka bawa pada acara asistensi minggu depan.

Perusahaan kami sedang diperiksa oleh Kantor Pajak. Pemeriksaan cakupannya nasional artinya seluruh kantor pos pembuat laporan akan diperiksa. Jumlahnya ada 218 kantor, di bawah pengawasan sebelas kantor regional. Jenis pajak yang diperiksa adalah semua jenis pajak untuk 12 bulan masa pelaporan tahun 2015.

Apa yang terlintas di benak kita ketika mendengar istilah `pemeriksaan pajak`?

"Males banget kalau sudah berhadapan dengan masalah pajak gini" Seorang kolegaku di kantor bersungut-sungut datang ke mejaku.

"Pajak itu koq ribet banget sih Bu". Seorang pejabat berkeluh kesah kepadaku.

Mendengar kata pajak saja orang biasanya sudah enggan, apalagi menghadapi pemeriksaan pajak. Kondisi psikologis itulah yang dihadapi teman temanku di daerah. Galau, itu istilah anak sekarang tentang kondisi mereka.

Pemikiranku bagaimana? Sesuatu yang tidak dipersiapkan, pastilah menimbulkan kepanikan. Untuk persiapan pemeriksaan ini, aku sudah mengantisipasi dengan  "woro-woro" ke 11 kantor regional  dan ke 218 kantor, via email dan surat hard copy, sejak tiga minggu yang lalu. Panduan lengkap juga ditaruh di web internal perusahaan. Broadcast via grup telegram juga sudah dilakukan. Hasilnya?

"Bu Lisa, petugas kami, perempuan. Dia nggak bisa bawa naskah berat - berat". Mr Ngeyel japri kepadaku. Dia sekarang tidak berani lagi komplain di grup.

"Please deh Pak. Itu bukan masalah. Yang jadi masalah adalah bahwa ente belum mengumpulkan data dari kantor-kantor di regional ente".

"He he iya sih Bu. Susah ngumpulin data".

Kalau sudah seperti ini aku hanya bisa geleng-geleng kepala.  Diingatkan jauh-jauh hari pun, beberapa orang masih ngeyel dot kom.

"Bu Lisa, saya tetap kepikiran bahwa skenario terburuk akan terjadi". Salah satu anggota timku mencurahkan isi hatinya. "Mereka tidak akan lengkap membawa data".

Aku jadi tercenung. Apalagi yang bisa dilakukan. Dua regional sudah jelas bermasalah. Acara asistensi pembuatan kertas kerja, tinggal seminggu lagi.

"Bu, skenario kedua tampaknya harus kita  pikirkan".

 Bagi regional yang tingkat kolektibilitas datanya rendah,  pada akhirnya harus didatangi. Acara akan diulang di regional tersebut dengan mengumpulkan kantor kantor di bawah kendalinya. Namun, kami sudah membangun mental state  bahwa jika sebuah regional didatangi berarti regional tersebut tidak mampu me-manage data.  Semoga dengan budaya demikian, para manajer keuangan regional berupaya keras untuk mengumpulkan data. Mudah mudahan pemeriksaan pajak tahun ini lebih baik dari pada pemeriksaan tahun sebelumnya.

Bandung, 02 09 2016
Lisa Tinaria

No comments:

Post a Comment