Sunday, November 12, 2017

JAJANAN SEKOLAH

Lain dulu lain sekarang. Aku mulai rutin jajan di sekolah ketika sudah masuk SMA. Ketika di SMP, jajanku masih sesekali. Sekarang, keponakanku yang sekolah PAUD, sudah punya uang jajan.

Cara mendapat uang jajan, dulu dan kini,  ibarat bumi dan langit. Aku mendapatkan info dari seorang teman bahwa anaknya yang di SMP diberi uang plastik, alias kartu atm, untuk keperluan jajannya selama sebulan. Termasuk untuk kegiatan entertainment. Dengan begitu, jumlahnya cukup besar, bahkan bagiku yang sudah bekerja. Sementara aku dulu diberi uang receh untuk jajan di sekolah. Jumlahnya sangat sedikit dibandingkan jumlah yang diterima anak SMP di atas. Lalu, aku diberi uang jajan secara harian.

Masih tentang cara mendapatkan uang jajan. Mamaku punya cara yang unik dalam memberikan uang jajan dan uang tranport kepada anak-anaknya. Terdapatlah sebuah kaleng - bekas apa, aku lupa - yang ditaruh di atas TV. Dalam kaleng itu terdapat uang receh dalam jumlah tetap setiap hari. Totalnya adalah jumlah keseluruhan masing-masing uang untuk kami yang sudah sekolah ketika itu. Untukku sebagai anak paling tua, tentu saja paling banyak. Sebelum berangkat sekolah kami mengambil hak kami masing-masing dari kaleng itu. Tak pernah ada yang komplain tidak kebagian atau kekurangan ketika itu.

Aku melihat beberapa pelajaran dari cara Mama tersebut. Pertama, soal kejujuran. Setiap anak berpikir bahwa yang boleh diambil hanya sesuai haknya. Kedua, kami harus merasa cukup dengan jumlah yang ditetapkan. Adakah ibu jaman sekarang yang memakai metode Mamaku?

Kembali ke jajanan sekolah. Mari kita lihat jenis makanan yang dijual di sekolah.Jaman aku dulu jajanan keluaran pabrik masih jarang. Kebanyakan jajanan adalah penganan tradisional seperti pisang dan ubi goreng, berbagai macam lepet, kue bolu yang murah sehingga terasa seret di tenggorokan ketika ditelan. Sekarang, hampir sebagian besar jajanan adalah snack keluaran pabrik, bahkan dari produsen yang mereknya mendunia. Segala zat aditif dipakai demi membuat penganan itu tahan lama. Tentang food additives, tukang cilok pun tak ketinggalan memakainya. Ada pula zat aditif yang membuat aku bergidik: narkoba yang dicampurkan ke permen atau coklat.

Demikianlah sekilas cerita tentang jajanan sekolah dulu dan kini. Jajanan sekolah adalah sebuah kebutuhan. Semoga anak-anak kita masih mempunyai kesempatan untuk mendapatkan jajanan sehat yang umumnya adalah makanan tradisional. Di samping itu, semoga mereka tidak kehilangan salah satu budaya - makanan - sehingga jangan sampai bertanya "Mama, lepet itu apa?"

Bandung, 08 05 2016
Lisa Tinaria

No comments:

Post a Comment