Saturday, November 11, 2017

DOA IBU

Masih ingatkah teman _ teman dengan cerita Malin Kundang? Ya, itu cerita dari Ranah Minang, tentang dahsyatnya doa seorang Ibu, walau doa itu jelek sekalipun. Singkatnya, seorang Ibu mendoakan anaknya agar mendapat azab, karena sang Ibu telah dihina di depan orang ramai, oleh Malin.

Cerita mirip Malin Kudang juga ada di dunia sekitarku dan itu masih dalam lingkup keluarga besarku. Sebutlah seseorang yang masih terhitung Oomku pernah menarik rambut Ibunya. Seseorang yang masuk dalam ketegori sepupuku, menyundut ibunya dengan rokok dan menarik rambut ibunya. Astaghfirullah.

 Kedua orang yang mendurhakai ibu itu, tidaklah menjadi batu sebagaimana Malin Kundang. Namun, mereka menurutku, menjalani kehidupan sulit sepanjang hayat. Ekonomi kedua orang itu, berikut keluarga intinya, cukup sulit; bekerja serabutan plus memiliiki istri yang tak pandai mengatur keuangan. Mereka juga punya kebiasaan meminta "bantuan"  ke sana kemari, dengan janji dibayar entah kapan.  Anak anak mereka  umumnya bersekolah "alakadarnya", bahkan ada yang tidak selesai SMU.  Ada anak  yang pernah menjadi pencadu narkoba. Ada juga yang "MBA" married by accident.

Secara emosional. kedua orang yang kuceritakan di atas adalah manusia yang temperamental. Pemarah dan sering berkata kasar. Automatically mereka hidup dalam lingkup sosial terbatas alias tak disukai  tetangga maupun keluarga besar. Kehidupan spiritual? Dapat dikatakan mereka tak punya. Setauku, orang yang kupanggil Oom dan Uda itu, tak pernah kulihat sholat.

Aku tak pernah bertanya langsung kepada kedua ibu dari lelaki kasar itu, apakah mereka pernah mendoakan anak mereka menjadi seperti sekarang. Aku pun tak ingin bertanya kepada Oom dan sepupuku itu tentang mengapa kehidupan mereka bisa seperti itu.

 Hanya aku bisa menyimpulkan, manusia bisa  gagal karena tak mampu  melihat kesalahan diri, akibatnya tak pula mampu untuk memperbaiki diri. Bagi mereka kesalahan hanya ada di luar diri mereka, dan mereka tumpukan terutama pada ibu mereka.

On train, 7 Oktober 2015
Lisa Tinaria

No comments:

Post a Comment