Saturday, November 11, 2017

KEAJAIBAN HARIAN

Baru saja terjadi keajaiban. Begitu Arum mengartikan, walau itu peristiwa kecil. Mungkin sering hal seperti ini terjadi. Sayang selama ini dia lewati sebagai hal yang biasa. Namun sekarang, dengan semakin bertambahnya pahamannya tentang kehidupan, dia mulai menyadari apa arti kebahagiaan. Ya. kebahagiaan itu ada bahkan pada hal hal kecil. "Make a little wish, then wait and see". Arum duduk menyudut di atas angkot. Dia merasa ciut karena merasakan sebuah kekuatan.

Sudah menjadi kebiasaan Arum untuk berencana walau untuk berbelanja sekalipun. Rencana itu lebih dimantapkan lagi dengan menyebutkannya dalam sholat dhuhanya. "Ya Allah aku memohon keridhoaan Engkau atas kegiatanku hari ini." Entah itu doa dicomotnya dari hadist mana. Atau malah tak ada hadistnya. Tetapi demi menyadari betapa personalnya dan confidentialnya hubungannya dengan Sang Maha Pengatur, maka kalimat itulah salah satunya yang terucap dalam doa dhuhanya. Barulah belakangan ini Arum sadar, bahwa hampir semua keinginannya diijabah secara harian. Termasuk yang terjadi hari ini.

"Ah, sayang, angkot itu sudah berangkat". Arum membatin. Dia sudah berusaha melambaikan tangan kepada angkot yang mulai bergerak. Angkot itu berjarak sekitar dua puluh meter dari tempatnya sekarang sedang berjalan cepat.  Sudah cukup jauh dia berjalan, dari tikungan yang memang bukan tempat berhenti yang benar untuk angkot.

Arum tercenung melihat angkot itu menjauh. Berarti dia harus menunggu agak lama. Angkot jurusan Pondok Kopi itu termasuk angkot yang jarang, trayeknya panjang dan hobi ngetem.  "Sudah jam berapa sekarang?" Arum otomatis melihat ke pergelangan tangan kirinya. "Aku ada janji jam 10. Satu jam lagi". Arum sibuk berdialog dengan dirinya sambil memikirkan kemungkinan telatnya  ke pertemuan pengelola PAUD sekecamatan. "Sudah kuupayakan agar tidak terlambat, wahai Sang Maha Pengatur". Arum sengaja bangun lebih pagi untuk ukuran hari Sabtu, hari liburnya.

Lima menit berlalu. Kalau tidak sedang terikat janji, jangka waktu itu tak berarti. Tetapi sekarang? Arum mulai membayangkan tajamnya kata kata Bu Nina, kepala PAUD tempatnya mengajar, kalau sedang "memberikan masukan" kepada para gadis, anggota timnya.  Dia heran mengapa Bu Nina hobi memakai kata kata yang peruntukannya tidak pas."Ya, sudahlah". Arum mulai mempersiapkan mental untuk keterlambatannya. Dalam kegelisahan itu, tiba tiba di depannya  bergerak benda kotak warna telor asin.

"Kopi Mbak. Kopi. Kopi" sopir dengan aksen Batak meneriakinya dari dalam mobil.

"Bismillah" Arum mendesis sambil melangkahkan kakinya ke atas angkot itu.  Dia memilih duduk di sudut belakang mobil kijang itu. Penumpang hanya separuh, tetapi sopir angkot melaju terus melewati beberapa persimpangan, tanpa ngetem.
Arum terdiam.  Bingung. Terharu. "Terima kasih ya Allah atas keajaiban hari ini."


Bandung, 31 01 2016
Lisa Tinaria

No comments:

Post a Comment