Saturday, November 11, 2017

KESEMPATAN YANG HILANG

"Uugghh...gak jelas mau ngerjain apa". Rubi duduk menghenyakkan badannya di kursi di seberang mejaku. Aku menaikkan mukaku dari layar laptop di depanku. Apa boleh buat aku hanya bisa tersenyum. "Kalau di daerah, wewenangku jelas. Aku bisa mengatur ini itu". Lanjutan curhatnya.

Ini adalah minggu ke dua Rubi di divisi kami  di kantor pusat. Dia pindah dari kantor wilayah. Sepengetahuanku kepindahannya adalah sesuatu yang diinginkannya. Namun  sayang dia tidak memperhitungkan culture shock yang harus dihadapinya.

"Mau pulang jam berapa?" tanya Rubi suatu sore. Lagi-lagi dia mendatangiku di sela sela tumpukan kertasku. "Masa jam segini masih banyak orang. Mau pulang  jadi gimana gitu". Wajahnya meringis memandangku.

"Setelah magrib" kataku. Biasanya malah setelah maghrib aku punya kesempatan untuk membuat surat. Suasana malam agak tenang, Aku jadi lebih mudah berkonsentrasi.

"Apa di sini, jam kerja memang sampai malam?" Rubi bertanya dengan wajah berlipat.

"Ya, bahkan rapat juga ada yang malam hari. Tergantung deadline". Kataku.

No comments:

Post a Comment