Sunday, November 12, 2017

BUAH KWENI BUAH BACANG

"Lain buah bacang, lain buah kweni.
Kalau tidak bacang, jangan dibeli".

"Maksudmu buah yang mana?"

Nora dan Mona mulai saling menaikkan suara. Nora sedang berlepotan dengan cabe dan  cobek di dapur rumah gadang. Sementara Mona baru pulang dari pasar pekanan di kampung.  Mereka sudah sepakat untuk membuat makanan spesial hari ini. Bagi Mona, salah satu tujuan liburan adalah menikmati kuliner antik. Tersebutlah salah satunya yaitu sambal bacang.

"Bacang itu mirip kweni. Begitu kan penjelasanmu tadi? Kupikir, kalau tidak ada bacang, ya kubeli kweni. Nggak ada yang ngerti apa itu bacang". Mona menjelaskan kegagalannya belanja kali ini.

"Ya, tetapi bau keduanya berbeda. Bacang lebih tajam baunya ketimbang kweni. Kulitnya lebih tebal dan dagingnya lebih berserat, kasar. Bentuknya lebih bulat".

"Lantas kalau tidak ada, mau bagaimana?" Mona menyerah, tidak tahu lagi harus bagaimana menanggapi omelan Nora yang sudah selesai mengulek cabe keriting dicampur cabe rawit. Tampaknya paduan itu sudah diberi ikan asin bakar dan bawang merah. Wanginya melingkungi dapur. Hh....mm, tinggal tambahan rasa asam yang segar.

"Ya sudahlah, pakai kweni itu saja", Nora berkacak pinggang sambil melapkan tangannya yang agak basah dan berasa panas ke celemek lusuh yang tergantung di badannya. "Tolong dikupas dan disayat tipis tipis".

Mona mengambil pisau dan mulai mengupas, dengan bibir agak meruncing. Sebel. Sambel yang dibayang bayangkannya sejak dari Jakarta, sudah hampir jadi. Nora, yang jarang mau mengulek sambel, tumben mau berpayah payah kali ini. Sedikit lagi. Ya mengalah saja lah, kalau diomeli Nora.

Akhirnya sambal mentah bacang, eh sambal kweni tersaji juga. Warnanya merah menyala ditingkah irisan halus kweni berwarna kuning. Baunya sekarang menjadi lebih kaya. Sulit dijelaskan, bau kweni yang khas berpadu dengan bau terasi, bawang dan cabe.

"Yach...mari kita coba!" Mona yang antusias mengambil duluan sambel itu. Di piringnya ada nasi panas mengebul, kacang panjang dan terong kukus, ikan mujair goreng dan...sambal kweni.
Sementara Nora masih belum beraksi. Dia tak merasa yakin dengan rasa campuran buah kweni ke dalam sambel itu.

"Enak nggak?" Nora bertanya penasaran.

"Hh..mm hh..mm" Mona hanya mengangguk angguk dengan mulut yang penuh. Ini sudah suapan yang ke sekian.

Nora mulai berani mencoba. Mulanya dia mencium bau keras kweni. Namun lama kelamaan bau itu sudah bercampur dengan wangi terasi, bawang dan cabe. "Enak juga ya..." katanya sambil kepedasan.

"Makanya tak ada rotan akar pun jadi. Tak ada bacang kweni pun jadi". Dua beradik itu tak bersuara sampai kekenyangan.

Bandung, 19 03 2016
Lisa Tinaria

No comments:

Post a Comment