Saturday, November 11, 2017

KOLAK PISANG

Aku berdiri di depan sebuah meja saji di restoran Padang itu. Sudah beberapa kali aku ke sini dan kuperhatikan bahwa meja saji ini khusus ditambah untuk bulan Ramadhan.

Di meja itu terdapat tiga panci besar dan beberapa piring saji agak cekung - berukuran besar-   yang berisi beberapa makanan untuk "pabukoan" (berbuka puasa). Ketiga panci itu masing-masing berisi kolak waluh, kolak ubi dan kolak pisang. Sedangkan setiap piring saji berisi makanan yang berbeda, yaitu bubur sumsum, ketan hitam, kacang hijau, ketan putih, dan sarikaya. Kalau beberapa macam kolak tersaji ditambah dengan beberapa penganan terletak di piring tadi,   jelas sudah bahwa yang dijual adalah bubur kampiun.

"Ibu ingin campuran apa?" Pelayan menyapaku, yang sedang berpikir. "Atau dicampur semua?" Katanya lagi.

Tak semua isi bubur kampiun itu kusuka tetapi kolaknya aku suka ketiganya.

"Hhmm.." Aku masih membayangkan, enak yang mana, kolak pisang atau kolak waluh. O, ada juga kolak ubi.

"Ketiga kolak ini, ditambah sarikaya dan ketan hitam" kataku.

Sebenarnya aku lebih suka kolak pisang. Tetapi aku juga ingin mencoba kolak labu dan kolak ubi. Bubur kampiun itu akhirnya tersaji di mejaku tak lama  setelah terdengar adzan maghrib.

Aku mulai makan kolak. Mungkin karena lebih murah maka kolak yg dominan di mangkokku adalah kolak ubi. Menyusul kolak waluh dan terakhir kolak pisang. Kuhitung irisan pisang ukuran kecil,  hanya tiga iris. Alhamdulillah.

Bandung, 20 Juni 2016
Lisa Tinaria

No comments:

Post a Comment