Sunday, November 12, 2017

MIE AYAM

"Kalau mie ayam bagaimana?" Andi menawarkan makanan favoritnya dengan senyum manis. Jika makan di luar rumah, Andi tak bosan bosannya mencari makanan ini. Gadis yang jadi  sasaran pertanyaannya membalas tersenyum pula.

"Hhmm...ada lagi makanan lain di sana?" Ratih masih berharap, ada pilihan lain. Sejujurnya dia tidak suka mie ayam. Namun, demi memperjuangkan hubungan, ya memperjuangkan hubungan, dengan laki laki yang di fb-nya disebut teman istimewa, Ratih mengiyakan pilihan tempat makan yang ditunjuk Andi. Sampailah mereka di tempat yang disebut Andi.

Ini kencan pertama, setelah keduanya melanglang buana di dunia maya. Ratih dan Andi mempunyai komitmen yang sama untuk mencari sosok yang bisa dipamerkan di fb sebagai teman spesial untuk berfoto bareng. TTM, teman tapi mesra.

Tempat makan itu berlokasi di atas trotoar. Sebuah gerobak berwarna hijau, tempat meramu mie ayam, seakan  dikerubungi pembeli. Penjual mie ayam, dua orang laki laki muda, kewalahan melayani pembeli. Sesekali sang "cheff" mengusap keringat di keningnya dengan handuk belel yang tersampir di pundaknya. Tampaknya lebih banyak yang ingin membeli untuk dimakan di rumah. Untuk yang ingin makan di tempat, terdapat sebuah meja panjang yang hanya cukup untuk makan kurang dari sepuluh orang. Di sana beberapa orang sedang serius menghadapi mangkok masing masing. Ratih dan Andi akhirnya mendapatkan tempat duduk setelah menunggu kepanasan di dekat lampu yang tergantung rendah.

"Mie, dua". Andi sumringah memesan makanan kesukaannya. Dirinya patut berbangga, karena sekarang, ketika makan mie ayam dia tak sendirian lagi. Setelah jadi bahan bulan bulanan teman kuliahnya karena belum juga punya pacar, sekarang Andi bisa memamerkan Ratih di fb-nya. Juga di tempat makan mie ayam itu.

Ratih berusaha tersenyum. Tak ada makanan lain. Mie baso pun, yang biasanya sering dijual bersamaan dengan mie ayam, tak tampak di gerobak itu. Ratih melihat sang koki cekatan mengaduk aduk mie di mangkok bergambar ayam jago. Sesekali dia menuangkan cairan kuning dari botol, ke adukan mie itu. Minyak ayam. Inilah yang membuat Ratih mual. Terakhir ditaburkan potongan daging ayam di atas mie.

Sebuah mangkok mie ayam sekarang  tersaji masing-masing di hadapan Andi dan Ratih.

"Enak, coba saja" Andi langsung memasukkan segulungan mie ke mulutnya dengan sumpit, membiarkan Ratih tak berdaya.

Semerbak wangi bumbu mie ayam,  tidak mampu menimbulkan selera makan Ratih. Andi yang sibuk dengan mie ayamnya, semakin membuat Ratih merasa terabaikan. Di tengah kebingungan itu, dia memperhatikan sesuatu. Ha?! Daging apa ini? Ratih melihat curiga pada sepotong daging yang berbentuk aneh. Berbentuk segitiga dan ada bulunya! Pantat ayam. Ratih tak bisa menahan gerakan isi lambungnya demi melihat itu.

"Wuueek...!!!" Ratih mengagetkan orang orang di sekelilingnya. Tanpa ba bu Ratih meloncat dari kursinya, meninggalkan Andi yang sedang mengunyah suapan pertamanya. Untunglah isi perutnya bisa dikeluarkan setelah berjalan agak jauh dari warung itu.

"Hadeeuu... yang kencan pertama" Ani, menyambut Ratih dengan ceria di pintu depan  rumah kos mereka. Ratih, masuk rumah tanpa bicara lalu menghempaskan diri di kursi tamu yang sudah jeblok busanya. Wajahnya berlipat.

"Nggak lagi deh" katanya dengan mencibir.

"Kenapa?" Ani melotot, kepo.

"Masa aku diajak makan mie ayam. Gak pakai nanya, aku sukanya apa. Lalu di warung kaki lima pula. Dasar kere!" Jawaban Ratih, memberondong dengan suara tinggi.

Ani diam saja, antara kasihan tetapi juga bersyukur. Ratih, mudah-mudahan kapok, mencari teman kencan yang hanya demi disebut sudah punya pacar.

Bandung, 05 04 2016
Lisa Tinaria

No comments:

Post a Comment