Sunday, November 12, 2017

LELAKI DI UJUNG JALAN FATMAWATI

Aku beri dia nama Fatmawati. Fatmawati selalu tersenyum kepadaku  setiap aku lewat di dekatnya. Giginya agak besar besar berwarna putih bersih. Senyumnya lebar, menampakkan susunan giginya hingga hampir ke gerahamnya. Roman mukanya selalu cerah setiap bertemu aku.

Aku selalu bertemu dengan Fatmawati setiap berangkat ke kantor. Berarti setiap pagi aku akan disajikan senyum lebarnya. Sore hari aku tak bertemu dia. Tampaknya dia sudah mempunyai jadwal yang ketat.

Fatmawati dan aku selalu bertemu di sudut jalan, menjelang ke kantorku. Aku akan selalu turun dari angkot di sudut jalan itu. Setelah melihat melewatinya aku akan berjalan sedikit untuk sampai ke gerbang kantor.

Aku sering menemui Fatmawati, ketika dia sedang duduk di becaknya. Becak itu diparkirnya tepat di sudut belokan jalan yang kulewati itu. Kadang dia sedang berkacak pinggang - tentu saja dengan senyum lebar - bertelekan pada becaknya, ketika aku melewatinya.

Sesungguhnya aku tidak kenal Fatmawati. Aku pun tak tahu namanya.
Aku pun selalu tidak menjawab senyumnya. Aku juga selalu berusaha berjalan menjauh darinya, ketika menikung di belokan itu. Kadang aku merasa khawatir ketika dia berdiri, tidak sedang duduk di becaknya. Dia adalah lelaki yang tersenyum kepada segala sesuatu. Kepada kendaraan yang lewat, kepada pohon pohon dan tanaman lain di sekitarnya. Juga kepada roda becaknya.

Bandung, 24 03 2016
Lisa Tinaria

No comments:

Post a Comment