Tuesday, June 21, 2016

Cinta

CINTA

Aku sudah selesai makan malam ketika "pengamen resmi" di restoran bebek itu memulai lagu itu. Segera setelah membayar ke kasir, aku sengaja mencari tempat duduk kembali demi mendengar lagu itu. Lagu itu dinyanyikan dengan bertenaga oleh sang  biduanita diiringi dengan gitar dan tetabuhan. Sepenggalan lirik kuingat "flying without wings". Lirik, ekspresi sang penyanyi, kondisiku yang sedang rileks, membawaku pada kesimpulan: sebuah lagu cinta yang indah.

Malam itu juga aku brows lirik lagu itu plus penasaran mendengarkannya lagi. Mataku berkaca menyimak untaian kata lagu itu diiringi lagunya dinyanyikan oleh Westlife. Agak salah aku rupanya mengartikan cinta dalam lagu itu. Seperti umumnya lagu cinta dari dunia barat, lagu itu memang menggambarkan perasaan cinta antara laki-laki dan perempuan, pada bagian terakhirnya. Yang membuat seseorang "flying without wings" adalah:

...waking up beside you
to watch the sunrise on your face
to know that I can say I love you
in any given time or place
it`s little things that only I know
those are the things that make you mine

Namun yang membuatku termenung adalah bahwa cinta itu:

some find it in the face of their children
you`ll find it in the words of others
a simple line can make you laugh or cry
you`ll find it in the deepest friendship
the kind cherish all your live

Entah mengapa aku juga penasaran untuk mendengar lagu Westlife yang lain dan "You raise me up" menjadi pilihan kedua malam itu. Aku membaca liriknya dulu lalu menonton videonya.

Kata kata pada lagu itu bukan lagi membuatku berkaca kaca. Kali ini aku meneteskan air mata.

When I am down, and, oh my soul so weary
When troubles come and my heart burdened be
And I am still and wait here in the silence
Untill you come and sit awhile with me

Perasaanku bertambah tambah demi melihat videonya. Berbeda dengan video "Flying without wings" yang berwarna dan menunjukkan wanita yang dicintai, video kedua ini berwarna sephia dengan adegan family oriented : sang kakek dengan cucu laki lakinya, aki dan nini growing old together, seorang gadis kecil dengan ayahnya. Aku menangkap cinta di antara mereka sebegitu kuatnya sehingga satu kepada yang lain bisa  berkata:

You raise me up, so I can stand the mountains
You raise me up, to walk on stormy seas
I am strong when I am on your shoulders
You raise me up, to more than I can be

Aku beberapa kali memutar lagu kedua itu, tetap dengan berurai air mata, sampai akhirnya otakku mulai bekerja. Cinta, apakah aku memilikinya, di mana aku mendapatkannya dan dari mana aku berolehnya?

Bukankah tangisku ini sebuah cinta yang aku dapat dari Sang Maha Pencinta? Engkau tumbuhkan cinta akan indahnya pesan di balik kata kata lagu itu. Engkau hadirkan makna bahwa Engkau berada di balik semua perasaan para pencinta itu. Cinta itu dariMu.

Tulisan ini kupersembahkan untuk Sang Maha Pencinta yang telah menciptakan cinta "waking up beside you" dan cinta "stand on the mountains, walk on stormy seas"

Bandung, very early in the morning, 21 Agt 2015.
Lisa Tinaria

Tahu dan Tempe

TAHU DAN TEMPE

"Jangan mau kayak tahu atau tempe!" teriak sang senior di telinga seorang mahasiswa baru. Mahasiswa yang diteriaki itu  - seorang cowok- kelihatan lututnya sedikit bergetar dan muka tertunduk demi memdengar dampratan seniornya, seorang cewek tomboy.  Entah apa salah mahasiswa baru itu. Aku hanya melihat dan mendengar sepintas adegan "penyiksaan" di tepi selokan berair coklat itu. Tetapi dari ungkapan si senior aku bisa menduga bahwa si yunior dimarahi karena ketidakmampuannya.

Mengapa sih tahu dan tempe sering dipakai sebagai perumpamaan  atas keridakberdayaan dan kelemahan, bahkan kemiskinan? Beberapa teman berkomentar itu gara gara proses pembuatan si tempe yang diinjak injak dan bentuk tahu yang "loyo". Tetapi kalau sudah dibahas nilai gizinya dan sajiannya di meja, tampaknya perumpamaan itu hilang dengan sendirinya.

Sebagai pencinta tempe dan tahu, aku merasa perlu membela si tempe dan tahu. Pertama karena nilai gizinya, kedua karena harganya. Soal nutrisinya, tidak ada yang bisa membantah. Kecuali ada concern terhadap pemakaian pestisida dan herbisida pada kedelai (jangan sampai salah tulis, keledai) impor khususnya yang dari Amerika.  Soal harga, tahu dan tempe bisa dibeli oleh - saya yakin- seluruh rumah tangga Indonesia. Saking merakyatnya ini makanan, pemerintah pun kewalahan menjaga suplainya dan lebih khusus lagi sudah 70 tahun merdeka, tetap tidak mampu menciptakan swasembadanya.

Demikian pentingnya peran tahu dan tempe dalam pembangunan bangsa ini, masih pantaskah orang menggunakan kedua jenis bahan makanan itu sebagai bahan ejekan atas ketidakberdayaan?


Bandung, 19 Agustus 2015
Pencinta tempe, Lisa Tinaria

Si Moni

SI MONI

 Udara pagi  masih sejuk. Matahari belum bersinar terik di sebuah hutan. Pada sebuah pohon besar seekor kera masih meringkuk kedinginan. Dialah si Moni.

"Moni, ayo bangun" terdengar suara lembut dari dahan yang lebih tinggi. Ternyata itu adalah suara Mama si Moni yang sedang menggendong seekor kera kecil.  Itu adalah adik si Moni, namanya Keri.

Moni kemudian terbangun, sambil mengusap matanya. "Mama, hari ini Moni main ayunan lagi ya di dekat sungai" kata Moni langsung ingat dengan permainannya kemarin bersama teman temannya. Permainan itu sangat mengasyikkan. Melompat dari satu pohon ke pohon lain. Sesekali dia tercebur ke dalam sungai.

"Hari ini Moni menjaga adik ya. Boleh bermain di tepi sungai, tetapi kamu harus selalu di dekat adikmu" Mama mnejelaskan.

 "Jadi tidak boleh main lompatan dan berenang?" tanya Moni agak kecewa.

"Hari ini jangan dulu ya. Mama mau menyusul Ayah mencari ubi ke hutan yang lebih jauh. Kasihan Ayah kalo bekerja sendirian." kata Mama menjelaskan.

Moni adalah seekor kera yang ceria dan penyayang. Temannya banyak dan mereka sering bermain bersama. Selama ini adik Keri selalu dijaga Mama di rumah sehingga Moni bisa bebas bermain bersama temannya. Namun sekarang Moni mendapat tugas menjaga adik selama Mama pergi. Walaupun hari ini Moni tidak bisa bermain ayunan di pohon yang tinggi, dia tetap bisa bermain  bersama adiknya. Moni sayang pada adiknya, Keri sehingga Moni mau bermain air dengan Keri di tepi  sungai.

Moni menuntun tangan Keri. Mereka berjalan hati hati di tanah. Keri belum bisa berayun di pohon. Sampailah keduanya di tepi sungai. Teman teman Moni sudah bermain sambil berteriak teriak kegirangan.

"Hayo Moni, ikut main" kata teman teman Moni sambil makan daun di atas pohon.

"Aku di bawah saja bersama adikku" kata Moni.

Moni mengajak adiknya merasakan sejuknya air sungai. Keri tertawa ceria. Mereka bermain sembur semburan berdua. Beberapa kali Moni melompat ke air dari batu yang agak tinggi. Keri tertawa melihat aksi kakaknya. Moni juga kadang bersembunyi di balik batu sampai Keri berteriak teriak merasa kehilangan. Lalu Moni muncul sambil berteriak "Ci luk ba!". Keri kaget tetapi kemudian tertawa senang.

Cukup lama mereka bermain sehingga Keri merasa lapar. Moni kemudian mencarikan pisang di dekat sungai. Dia menyuapkan pisang itu ke mulut adiknya. Keri makan dengan lahap.

Permainan di tepi sungai berlanjut sampai akhirmya terdengar suara Mama memanggil dari jauh. Tak terasa hari sudah sore. Mama dan Ayah sudah pulang dengan ubi dan pisang yang banyak.

"Hayo kita pulang" kata Ayah sambil berjalan bersebelahan memegang tangan Moni. Adik digendong Mama.

"Mama, Keri senang bermain dengan kakak hari ini" kata Keri. Moni tersenyum.

"Kamu sudah pandai menjaga adik, Moni" kata Ayah sambil mengelus kepala Moni. Moni mengangguk senang.

Itulah cerita tentang si Moni, kera ceria yang senang bermain tetapi juga bisa menjaga adiknya Keri.

Bandung, 17 Agt 2015
Lisa Tinaria

Rhoma Irama

RHOMA IRAMA

Ketika Bang Rhoma menjadi capres, terus terang saya bingung. Bingung saya makin menjadi jadi ketika Bang Rhoma diwawancarai Najwa Shihab dalam acara Mata Najwa. Saya menonton acara  itu bersama Mak Tuo. Komentar Mak Tuo tentang sang capres membuat saya tambah tak mengerti apa arti sepak terjang Sang Raja Dangdut dan orang orang yang mengaku mencalonkannya.

Kebingungan saya tentu ada alasannya. Bagi saya, perlu  ada kapabilitas standar pada diri seorang capres. Komponen kapabilitas itu saya sederhanakan menjadi dua saja: pendidikan akademik dan pengalaman berorganisasi terutama pada level leader. Saya belum bicara soal kecerdasan emosional. Kalo sudah di level ini, saya jadi ingat Megawati.

Sampai saat ini saya belum menemukan artikel tentang pendidikan Bang Rhoma yang bisa mendukung "kepresidenannya" itu. Apakah untuk menjadi seorang presiden harus lulusan Harvard? Tidak juga. Tetapi bahwa seorang presiden harus mampu menganalis masalah secara cepat dan makro, adalah sebuah keniscayaan dan itu butuh pengetahuan tingkat tertentu.

Lantas soal pengalaman memimpin organisasi. Bang Rhoma memang lama berkecimpung di partai politik yaitu PPP tetapi bukan sebagai pengurus apalagi di tingkat nasional. Bang Rhoma seutuhnya menjadi penghibur di acara musik dalam rangka mengumpulkan masa partai tersebut.

Kemampuan sang Satria Bergitar makin saya pertanyakan ketika saya menyimak cara dia menjawab pertanyaan Najwa. Saya ingat, Bang Rhoma memakai kacamata agak gelap ketika diwawancara. Bagi saya ini pertanda bahwa dia ingin menyembunyikan kegalauan hatinya akibat pertanyaan Najwa. Bukankah cahaya mata sulit berdusta? Lantas  pertanyaan Najwa "Apa visi dan misi Anda di bidang ekonomi?" dijawab sangat diplomatis. Begini " Itu terlalu teknis. Saya nanti punya tim ekonomi yang ahli, yang akan merancang itu". Saya ingat Najwa tersenyum menggoda. Beberapa pertanyaan dilontarkan setelah itu, tetapi tetap dengan jawaban yang mengambang.

Saya bersyukur acara TV itu akhirnya selesai juga. Bulan berlalu, percaturan politik berubah cepat. Partai yang memenuhi syarat mulai memasang jagoannya. Cari mencari, saya tidak menemukan statement Bang Rhoma diusung sebuah partai. Lantas kenapa ada spanduk besar  beberapa bulan terakhir menuliskan Satria Bergitar sebagai capres? Lalu ada sesion khusus Mata Najwa yang mewawancarainya? Jangan jangan saya saja yang terlalu dini memaknai semua ini. Si Mata Najwa "kecolongan" pula. Jadi kebingungan saya sebenarnya tak beralasan. Inilah politik.

Besok tanggal 17 Agustus 2015
Lisa Tinaria

Friday, June 10, 2016

Bangsaku Menulis - 3 halaman

                          BANGSAKU MENULIS

Abstract
Adakah cara lain untuk menumbuhkan budaya menulis selain dari menggugah masyarakat  melalui tulisan tentang ‘ menulis’ itu sendiri? Nah, inilah tujuan dari tulisan ini. Penulis ingin agar menulis - setelah membaca – menjadi budaya bangsa kita. Menulis adalah sebuah skill yang dapat dikatakan sebagai multi skill. Menulis membutuhkan secara berimbang kemampuan otak kiri dan kanan. Kemampuan menulis pada dasarnya sangat memengaruhi kemampuan belajar anak didik. Pada akhirnya dapat dikatakan, kemajuan pendidikan suatu bangsa ditentukan oleh kemampuan menulis masyarakatnya. Sayangnya kurikulum pendidikan di Indonesia belum mendukung terciptanya skill menulis. Tulisan ini adalah hasil dari keisengan penulis dalam memmerhatikan kata dan kalimat pada banyak media komunikasi seperti papan reklame, papan pengumuman, surat  resmi di kantor, laporan penelitian mahasiswa magang, dan termasuk text di TV. Penulis juga mencari referensi  melalui studi kepustakaan. Dengan segala kekurangan sistem pendidikan di Indonesia, tidak berarti masyarakat tidak perlu berupaya untuk menumbuhkan kemahiran menulis. Terdapat suatu cara untuk memasyarakatkan budaya menulis yaitu dengan membentuk komunitas menulis. Komunitas tersebut sebaiknya melakukan beberapa kegiatan yang terkait dengan kepenulisan. Komunitas menulis dapat saja dibuat off line atau online. Salah satu yang online adalah Komunitas Menulis Online Indonesia.

Pendahuluan
Berikut ini adalah beberapa kejadian yang penulis alami sehubungan dengan tulis menulis di masyarakat.
Di sebuah jalan di Bandung, penulis menemukan papan nama di sebuah gedung,bertuliskan "Ujang Pintu". Kata itu ditulis besar di sebuah pintu pagar  yang bisa didorong. Di balik pagar itu ada ruko yang menjual pintu pagar dengan segala perlengkapannya. Penulis paham bahwa Ujang Pintu bukan berarti Ujang yang berwujud pintu. Itu artinya toko pintu yang diberi nama Ujang. Pemiliknya mungkin bernama Ujang.
Kebiasaan memberi nama toko atau usaha seperti itu tampaknya mengadaptasi secara mentah-mentah konsep MD (menerangkan diterangkan) pada bahasa Inggris. Di tempat asal bahasa itu, adalah wajar penamaan sebagai Lisa`s Bakery atau Kim`s Garage. Namun ketika diterjemahkan ke bahasa Indonesia, malah salah, menjadi Lisa Bakery dan  Kim Bengkel. Seharusnya Bengkel Kim atau Toko Roti Lisa.
Penulis juga menemukan sebuah kata  di hampir setiap bis besar dan mobil travel. Biasanya kata itu dituliskan di bagian atas kaca depan atau di kaca belakang. Kata itu adalah `pariwisata`, dituliskan sendiri tanpa disandingkan dengan kata `bis`.  Apakah yang dimaksud dengan pariwisata, adalah benda besar berbentuk kotak, yang beroda dan bisa berlari kencang itu?  Entahlah.
Kesalahan berbahasa tidak hanya menimpa masyarakat umum. Perusahaan besar sekalipun bisa khilaf dalam soal ini. Di sebuah BUMN penulis menemukan kekeliruan bahasa juga yang sayangnya sudah jadi semacam brand. Ada akronim  SOPP, singkatan dari Sistem Online Payment Point. Setelah diutak-atik ternyata seharusnya: Online Payment Point System.
Tersebutlah sebuah acara di TV dengan judul Yuk Keep Smile, disingkat YKS. Acara tersebut cukup terkenal dan ditayangkan oleh stasiun besar (apakah acara itu masih ada?). Tetapi perusahaan penyiaran sebesar itu terlewat memerhatikan aspek bahasa. Seharusnya YKS itu singkatan dari Yuk Keep Smiling.
Lain yang terjadi di dunia bisnis, lain pula yang ada di dunia mahasiswa.  Beberapa bulan yang lalu,  di kantor, penulis kebagian tambahan tugas, menjadi mentor bagi mahasiswa yang magang.. Output yang harus dihasilkan peserta magang adalah laporan magan, yaitu laporan mirip skripsi tetapi lebih sederhana. Karena penulis harus membubuhkan tanda tangan di laporan magang itu maka sudah merupakan konsekwensi logis bahwa penulis harus membaca laporan tersebut.
Baru bab satu, penulis sudah uring uringan dengan pembagian sub bab,  pokok pikiran pada sebuah paragraph,  dan penggalan kalimat. Terdapat kecenderungan, satu paragraf berisi satu kalimat yang sangat panjang yang tak jelas mana induk kalimat dan mana anaknya. Tanda koma bertebaran di sepanjang kalimat itu.Inilah dialog yang sempat terjadi antara penulis dengan mahasiswa tersebut:
“ Kalimat ini dibuat sendiri atau dari sumber lain?" Penulis membaca sebuah kalimat yang "terlalu canggih".
Jawabnya tenang “Itu saya copy paste dari e-book". Dia malah menambahkan “Hampir semuanya saya copy paste dari e-book, artikel di web atau buku wajib, Bu".
"Sebaiknya kan memakai kalimat sendiri". Penulis masih memakai kata “sebaiknya”.
"Kan susah Bu, bikin kalimat" katanya sambil nyengir. Tak ada rasa bersalah sedikit pun.
“Copy paste tanpa menyebutkan sumber, adalah tindakan kriminal”.
"Masa sih Bu...Di kampus oke oke aja" jawabnya lugu.
Demikianlah beberapa symptom masalah berbahasa bangsa ini.

Data
Symptom tersebut di atas didukung oleh beberapa data berikut. Salah satu kelemahan ilmuwan di Indonesia adalah lemahnya kemampuan menulis. Hal ini diungkapkan Suryadi Ismadji, penerima Penghargaan Achmad Bakrie XIII 2015 Untuk Negeri Kategori Sains.
Kemampuan lain yang berhubungan dengan kemampuan menulis adalah membaca. Kedua kemampuan tersebut disatukan dalam istilah ‘literasi’. Beberapa lembaga di dunia telah melakukan penelitian tentang literacy rate.
Menurut Programme for International Student Assessment (PISA), tingkat literasi Indonesia adalah 64 dari 65 negara yang disurvey alias jawara dua dari bawah. Bandingkan dengan Vietnam yang juara 20, dari atas.  Menurut UNESCO indeks minat baca Indonesia adalah 0,001, artinya hanya 1 di antara 1000 orang Indonesia yang hobi membaca. UNDP bercerita lain, yaitu angka melek huruf Indonesia 65,5 sementara Malaysia 86,4.
Sementara, menurut hasil penelitian Central Connecticut State University, Amerika Serikta tingkat literasi yang tinggi terdapat di Negara maju. Sepuluh Negara dengan literacy rate tertinggi tersebut adalah, Finlandia, Norwegia, Islandia, Denmark, Swedia, Swiss, Amerika Serikat, Jerman, Latvia dan Belanda.













Friday, June 3, 2016

Outline ALIBABA DARI CINA

Outline ALIBABA DARI CINA

1. Pendahuluan
  - Konotasi "Alibaba"
  - Kisah Alibaba  dari Cerita 1001 Malam

2.  Alibaba Versi Cina
     - Perusahaan e commerce
     - Pangsa Pasar
     - Jenis jasa

 3 . Tokoh di Balik Alibaba Cina
   - Guru Bahasa Inggris
   - Merantau ke US
   - Pengalaman Selama di US
   - Visioner

4. Mengapa Nama Alibaba
  - Mudah Dilafazkan
  - Berarti Positif  : pengembangan ekonomi terutama UKM

5. Sepak Terjang
    - Pengembangan Bisnis
    - Persaingan

6. Kesimpulan

Mind Mapping ALIBABA DARI CINA

Mind Mapping ALIBABA DARI CINA