Tuesday, June 21, 2016

Rhoma Irama

RHOMA IRAMA

Ketika Bang Rhoma menjadi capres, terus terang saya bingung. Bingung saya makin menjadi jadi ketika Bang Rhoma diwawancarai Najwa Shihab dalam acara Mata Najwa. Saya menonton acara  itu bersama Mak Tuo. Komentar Mak Tuo tentang sang capres membuat saya tambah tak mengerti apa arti sepak terjang Sang Raja Dangdut dan orang orang yang mengaku mencalonkannya.

Kebingungan saya tentu ada alasannya. Bagi saya, perlu  ada kapabilitas standar pada diri seorang capres. Komponen kapabilitas itu saya sederhanakan menjadi dua saja: pendidikan akademik dan pengalaman berorganisasi terutama pada level leader. Saya belum bicara soal kecerdasan emosional. Kalo sudah di level ini, saya jadi ingat Megawati.

Sampai saat ini saya belum menemukan artikel tentang pendidikan Bang Rhoma yang bisa mendukung "kepresidenannya" itu. Apakah untuk menjadi seorang presiden harus lulusan Harvard? Tidak juga. Tetapi bahwa seorang presiden harus mampu menganalis masalah secara cepat dan makro, adalah sebuah keniscayaan dan itu butuh pengetahuan tingkat tertentu.

Lantas soal pengalaman memimpin organisasi. Bang Rhoma memang lama berkecimpung di partai politik yaitu PPP tetapi bukan sebagai pengurus apalagi di tingkat nasional. Bang Rhoma seutuhnya menjadi penghibur di acara musik dalam rangka mengumpulkan masa partai tersebut.

Kemampuan sang Satria Bergitar makin saya pertanyakan ketika saya menyimak cara dia menjawab pertanyaan Najwa. Saya ingat, Bang Rhoma memakai kacamata agak gelap ketika diwawancara. Bagi saya ini pertanda bahwa dia ingin menyembunyikan kegalauan hatinya akibat pertanyaan Najwa. Bukankah cahaya mata sulit berdusta? Lantas  pertanyaan Najwa "Apa visi dan misi Anda di bidang ekonomi?" dijawab sangat diplomatis. Begini " Itu terlalu teknis. Saya nanti punya tim ekonomi yang ahli, yang akan merancang itu". Saya ingat Najwa tersenyum menggoda. Beberapa pertanyaan dilontarkan setelah itu, tetapi tetap dengan jawaban yang mengambang.

Saya bersyukur acara TV itu akhirnya selesai juga. Bulan berlalu, percaturan politik berubah cepat. Partai yang memenuhi syarat mulai memasang jagoannya. Cari mencari, saya tidak menemukan statement Bang Rhoma diusung sebuah partai. Lantas kenapa ada spanduk besar  beberapa bulan terakhir menuliskan Satria Bergitar sebagai capres? Lalu ada sesion khusus Mata Najwa yang mewawancarainya? Jangan jangan saya saja yang terlalu dini memaknai semua ini. Si Mata Najwa "kecolongan" pula. Jadi kebingungan saya sebenarnya tak beralasan. Inilah politik.

Besok tanggal 17 Agustus 2015
Lisa Tinaria

No comments:

Post a Comment