Saturday, November 11, 2017

JIKA PAPA MENINGGAL

Akhirnya Tinar berani memberi judul seperti di atas untuk tulisan atas tugas menulis dari guru menulisnya, dengan tema "bersiap untuk hal yang tak terduga". Sejujurnya Tinar takut untuk mengungkapkan pikiran dan isi hati terkait hal yang sensitif itu. Setelah melepas kepergian  Mama karena penyakit komplikasi diabetes dan ginjal akut serta mendampingi saat-saat terakhir adiknya, Uum tersayang, karena kanker kolon stadium akhir, Tinar mulai mengenal kata-kata berikut : anxiety dan  post traumatic stress disorder (PTSD). Intinya, semua pengalaman itu menyisakan kepedihan yang sangat.

Tetapi Tinar mendapat sebuah kunci dari pengalaman itu.  "...when we try not to think about something, we think more..." Dr David Hanscom, seorang ahli bedah ortopedik,  menuliskannya dalam sebuah artikel tentang back pain di situs mercola.com. Ya, akhirnya Tinar harus mengakui bahwa mempersiapkan mental terhadap suatu yang berat, dengan cara memikirkannya, adalah sebuah pilihan.

Terbetik juga di pikiran Tinar tentang hadist qudsi " Aku sebagaimana persangkaan hambaKu". Apakah seakan akan itu berarti "menantang" Allah? Namun akhirnya Tinar mendapat pemahaman bahwa, membuat perencanaan - dalam aspek psikologis adalah dengan memikirkannya - adalah sebuah bentuk persiapan.  Kemudian  menyerahkan hasil pemikiran itu kepada Allah adalah sebuah keniscayaan.

"Tetapi Tinar, untuk apa hal-hal yang buruk itu dipikirkan sekarang? Bagaimana nanti sajalah. Tambah lagi, belum tentu seburuk yang kita kira". Demikian pendapat seorang sohib Tinar.
Kalau temannya itu berargumen tentang hal buruk yang belum tentu terjadi, Tinar bisa menerima. Tetapi bukankah kematian itu pasti? Dan lagi Papa Tinar sudah berumur 84 tahun. Jangankan untuk orang sesepuh itu, untuk dirinya sendiri pun, Tinar sudah harus berpikir bagaimana cara mati nantinya, bukan?

Bagaimana proses berpikir itu muncul dan dimulai, kadang tak dimengerti Tinar. Tiba tiba saja pikiran itu melintas. Beberapa bulan sebelum Mama Tinar meninggal, Tinar tiba tiba saja menangis ketika akan berangkat kuliah. Muncullah pikiran bahwa umur Mama tak akan lama lagi. Itu sebuah persiapan.

Hal yang sama terjadi beberapa bulan sebelum Uum sayang berpulang. Pikiran itu muncul begitu saja ketika Tinar melihat foto liburan adiknya itu bersama beberapa teman SMA-nya. "Uum akan pergi, tak lama lagi. Umurnya tak akan panjang", begitu kata hati Tinar.

Beberapa bulan lalu, dalam mimpi, Tinar melihat Papanya memakai baju koko putih, berkopiah, menutup pintu pagar, untuk pergi ke masjid, untuk sholat shubuh. Papa pergi sendiri. Tinar kemudian memahami bahwa Papa memang sudah tua. Tak akan lama lagi.Entahlah.

Akhirnya, bahwa pikiran pun harus dimintakan kepada Allah agar selalu dituntunNya. Pikiran yang menenangkan jiwa. Bukan pikiran yang menggelisahkan.

Bandung, 12 04 2016
Lisa Tinaria

No comments:

Post a Comment